BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Bimbingan
belajar merupakan salah satu layanan yang penting untuk diselenggarakan
disekolah. Kesulitan belajar yang dialami siswa memiliki penyebab-penyebab yang
mempengaruhinya, hingga ia mengalami masalah belajar. Kemampuan setiap anak
berbeda-beda, jenis kesulitan belajar yang dialami peserta didik pun berbeda.
Dalam
karya ilmiah ini juga akan diberikan upaya ynag dapat dilakukan guru atau
konselor dalam rangka membantu siswanya yang mengalami masalah belajar.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud
Bimbingan Belajar?
2.
Apa yang dimaksud Kesulitan
Belajar?
3.
Apa saja jenis-jenis
kesulitan belajar?
4.
Apa saja factor yang
mempengaruhi Kesulitan Belajar?
5.
Bagaimana upaya dalam
membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
pengertian bimbingan belajar.
2.
Untuk mengetahui pengertian
kesulitan belajar.
3.
Untuk mengetahui
jenis-jenis kesulitan belajar.
4.
Untuk mengetahui factor
yang mempengaruhi kesulitan belajar.
5.
Untuk mengetahui upaya
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
D.
Manfaat
1. Bagi
penulis: Sebagai bahan pembelajaran dalam memahami siswa yang mengalami masalah
kesulitan belajar.
2. Bagi
Pembaca: Sebagai bahan bacaan untuk mengetahui tentang layanan bimbingan
belajar dalam membantu siswaa yang mengalami kesulitan belajar
3. Bagi
dunia Pendidikan: Sebagai bahan referensi dalam pembelajaran dan pemecahan
masalah serta pengetahuan layanan bimbingan belajar khusunya dalam dunia
bimbingan dan konseling.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bimbingan Belajar
Menurut Prayitno (2004, 279) : “ Bimbingan belajar merupakan salah satu
bentuk layanan bimbingan yang
penting untuk diselenggarakan disekolah. Pengalaman menunjukan bahwa
kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan
oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Seringkali kegagalan itu terjadi
karena mereka tidak mendapatkan layanan bimbingan yang memadai.
Menurut Nurihsan (2003, 20): “ Bimbingan belajar yaitu bimbingan
yang
diarahkan untuk membantu para
individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik.”
Menurut Winkel (1997, 140): “
Bimbingan belajar merupakan bimbingan
dalam hal menemukan cara-cara
belajar yang tepat, memilih program studi yang sesuai dan mengatasi kesukaran
yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar disuatu institusi
pendidikan.
Menurut Syamsyu Yusuf (2006, 37): “Bimbingan belajar yaitu bimbingan yang
diarahkan untuk membantu siswa dalam
mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar dan memecahkan
masalah-masalah belajar yang dialami.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa bimbingan belajar merupakan suatu proses bantuan yang diberikan kepada
individu untuk dapat mengatasi masalah belajar yang dialaminya, agar dapat
mengembangkan pemahaman dan keterampilan yang dimilikinya.
B.
Pengertian Kesulitan Belajar
Menurut The United States Office
Education dalam buku Abdurrahman (2003, 06): Kesulitan
belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses
psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan
Menurut The National Joint Commite
for Learning Dissabilites dalam buku Abdurrahman (2003, 07) : Kesulitan belajar didefinisikan dalam
bentuk
kesulitan nyata dalam kematian dan
penggunaan kemampuan pendengaran, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar
atau kemampuan dalam bidang studi.
Menurut Sunarta (1985, 07): Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa
dalam
kegiatan belajarnya, sehingga
berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkah laku yang terjadi
tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman
kelasnya.
C.
Jenis-jenis Masalah Belajar
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas,
diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c)
underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah
ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
1.
Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya,
yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi
belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang
bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi
yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti
karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar
menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2.
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa
tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak
menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan
psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi
atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih
bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan
baik.
3.
Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat
potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya
tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan
tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi
belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4.
Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses
belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok
siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5.
Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana
siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di
bawah potensi intelektualnya.
Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai
hasil belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari.
Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai
hasil belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari.
Kelompok yang lain, adalah sekelompok siswa yang belum
mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum
dikuasai. Bisa pula ketuntasan belajar tak bisa dicapai karena proses belajar
yang sudah ditempuh tidak sesuai dengan karakteristik murid yang bersangkutan.
Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa tidak sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari secara menyeluruh. Perbedaan tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat pengusaan bahan sangat rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami, mungkin juga bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dukuasai dengan baik.
Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa tidak sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari secara menyeluruh. Perbedaan tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat pengusaan bahan sangat rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami, mungkin juga bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dukuasai dengan baik.
D.
Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan
Belajar
Faktor
yang dapat menyebabkan kesulitan belajar di sekolah itu banyak dan beragam. Apabila
dikaitkan dengan faktor-faktor yang berperan dalam belajar, penyebab kesulitan
belajar tersebut dapat kita kelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu faktor
yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang berasal
dari luar diri siswa (faktor eksternal).
Adapun
faktor-faktor penyebab kesulitan belajar itu, dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
A. Faktor
internal, yang meliputi:
1. Faktor
fisiologi
2. Faktor
psikologi
B. Faktor
eksternal, yang meliputi:
1. Faktor
orang tua
2. Faktor
sekolah
3. Faktor media
masa dan lingkungan sosial
Berikut
ini akan diuraikan tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar, baik
faktor internal maupun faktor eksternal.
1)
Faktor Internal
A.
Faktor Fisiologi
Seorang
anak yang sakit atau kurang sehat akan mengalami kelemahan fisik, sehingga
saraf sensorik dan motoriknya lemah akibatnya rangsangan yang diterima melalui
indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Anak yang kurang sehat akan mengalami
kesulitan belajar, sebab ia mudah lelah, pusing, mengantuk,daya konsentrasinya
berkurang dan kurang bersemangat dalam belajar.
Ahmad Thanthowi (1991 : 106) mengatakan: “Karena
sakit-sakitan, maka menjadi sering meninggalkan sekolah. Demikian juga dalam
upaya belajar di rumah frekuensi belajar dapat menjadi menurun. Maka badan yang
sehat dan segar amat berpengaruh bagi tercapainya sukses belajar.”
Wasty Soemanto, (1990 : 121) mengatakan
bahwa: “Orang yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Orang yang
badanya sakit akibat penyakit-penyakit tertentu serta kelelahan tidak akan
dapat belajar dengan efektif. Cacat fisik juga mengganggu hal belajar.”
Gangguan
serta cacat mental pada seseorang juga sangat mengganggu hal belajar orang yang
bersangkutan. Bagaimana orang dapat belajar dengan baik apabila ia sakit
ingatan, sedih, frustrasi atau putus asa.
Bila seorang anak mengalami sakit yang lama, maka
sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat mengikuti pelajaran
untuk beberapa hari dan pelajarannya pun tertinggal. Selain itu cacat tubuh pun
dapat menyebabkan seorang anak mengalami kesulitan belajar.
B.
Faktor Psikologi
Belajar
memerlukan kesiapan rohani dan kesiapan mental yang baik, dan yang termasuk
dalam faktor psikologi adalah:
a.
Inteligensi
Menurut Sarwono (1991,71)
Intelegensi adalah kemampuan
individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan
menguasai lingkungan secara efektif.
Faktor ini
besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Bila intelegensi
seseorang memang rendah dan ia tidak mendapat bantuan dari pendidik dan orang
tuanya, maka usaha dan jerih payahnya dalam belajar akan memperoleh hasil yang
kurang baik atau mungkin tidak akan berhasil.
b.
Bakat
Menurut
Ahmadi (1991,78) Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang
dibawa sejak lahir.
Setiap
individu memiliki bakat yang berbeda-beda dan seseorang akan mempelajari
sesuatu sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Apabila seorang anak mempelajari
suatu bidang studi yang bertentangan dengan bakatnya, maka ia akan merasa bosan
dan cepat putus asa.
c.
Minat
Seorang
anak yang tidak memiliki minat terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan
kesulitan belajar. Minat yang timbul dari kebutuhan belajar siswa, akan menjadi
pendorong dalam melaksanakan belajar.
Moh Surya
(2003, 6) mengatakan “Ada tiga komponen yang harus dimiliki anak,
agar dirinya dapat melakukan kegiatan proses belajar yaitu: Minat, Perhatian,
Motivasi.
d.
Motivasi
Motivasi
memegang peranan penting dalam proses belajar. Seseorang yang motivasinya lemah tampak acuh
tak acuh terhadap elajaran, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada
pelajaran dan sering meninggalkan pelajaran yang mengakibatkan kesulitan dalam
belajar.
2)
Faktor Eksternal
A.
Faktor orang tua
Keluarga
merupakan pusat pendidikan utama dan pertama, tetapi dapat juga sebagai faktor
penyebab kesulitan belajar. Dalam hal ini orang tua memiliki peranan penting
dalam rangka mendidik anaknya,karena pandangan hidup, sifat dan tabiat seorang
anak, sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya.
Hasbullah
(1996, 89) mengatakan “Tugas utama keluarga dalam pendidikan anak
ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup
keagamaan. Sifat dan tabi’at anak sebagian besar diambil dari kedua orang
tuanya dan dari anggota keluarga lain.”
Yang
termasuk faktor ini antara lain adalah:
a.
Bimbingan dan didikan orang tua
Orang tua
yang tidak tahu atau kurang memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya akan
menjadi penyebab kesulitan belajar anak-anak memerlukan bimbingan orang tua
agar bersikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak. Orang
tua yang bekerja dapat mengakibatkan anak tidak memperoleh bimbingan atau
pengawasan dari orang tuanya, sehingga anak akan mengalami kesulitan belajar.
b.
Hubungan orang tua dan anak
Faktor ini
penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Kasih sayang dari orang
tua menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kurangnya kasih sayang akan
menimbulkanemosional insecurity. Seorang anak akan mengalami kesulitan
belajar apabila tidak ada atau kurangnya kasih sayang dari orang tua.
c.
Suasana rumah atau keluarga
Suasana
rumah yang sangat ramai atau gaduh, mengakibatkan anak tidak dapat belajar
dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sukar belajar.
d.
Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan
ekonomi digolongkan dalam:
-
Ekonomi yang kurang atau miskin keadaan
ini akan menimbulkan kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya dan anak
tidak mempunyai tempat belajar yang baik. Ketiga hal tersebut akan menjadi
penghambat bagi anak untuk dapat belajar dengan baik dan hal tersebut juga
dapat menghambat kemajuan belajar anak.
-
Ekonomi yang berlebihan (kaya). Keadaan ini
sebaiknya dari keadaan yang pertama, yaitu ekonomi keluarga yang melimpah ruah.
Mereka akan menjadi malas belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang
mungkin orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah payah
keadaan seperti ini akan dapat menghambat kemajuan belajar.
B.
Faktor sekolah
Yang
dimaksud dengan faktor sekolah antara lain adalah:
a.
Guru
Guru dapat
menjadi penyebab kesulitan belajar apabila guru tidak memenuhi syarat sebagai
seorang pendidik, contohnya: hubungan guru kurang baik dengan siswa dan
guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Seorang guru dituntut
harus dapat mengelola komponen-komponen yang terkait dalam mendidik para siswa.
Ladjid (2005 : 114), mengatakan “Dalam komponen- komponen yang berpengaruh
terhadap hasil belajar, komponen guru lebih menentukan karena ia akan mengelola
komponen lainnya sehingga dapat meningkatkan hasil proses belajar mengajar.”
b.
Alat pelajaran
Alat
pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran tidak baik. Terutama
pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratorium akan banyak
menimbulkan kesulitan dalam belajar.
c.
Kondisi gedung
Apabila
gedung sekolah dekat dengan keramaian, ruangan gelap dan sempit maka situasi
belajar akan kurang baik karena sangat mengganggu konsentrasi sehingga kegiatan
belajar terhambat. Dalam belajar dibutuhkan konsentrasi penuh sehingga siswa
akan dengan mudah dalam memahami pelajaran yang sedang dibahas.
Thonthowi (1991, 1005)
mengatakan “Ruang kelas yang kotor, berdebu, dan kurang ventilasi
dapat mengganggu kesehatan, terutama pernapasan sehingga proses belajar
mengajar dapat mengalami gangguan. Demikian juga situasi dalam kelas yang
bising, ribut, tidak memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang diinginkan”
d.
Kurikulum
Kurikulum
dapat dikatakan kurang baik apabila bahan/materinya terlalu tinggi dan
pembagian bahan/materi tidak seimbang.
Slameto (2003, 93) mengatakan “Kurikulum yang baik dan
seimbang. Kurikulum sekolah yang memenuhi tuntutan masyarakat dikatakan
kurikulum itu baik dan seimbang. Kurikulum ini juga harus mampu mengembangkan
segala segi kepribadian siswa. Di samping kebutuhan siswa sebagai anggota
masyarakat.”
e.
Waktu sekolah dan disiplin kurang
Waktu yang
baik untuk belajar adalah pagi hari, karena kondisi anak masih dalam keadaan
yang optimal untuk dapat menerima atau menyerap pelajaran. Apabila sekolah
masuk siang atau sore kondisi siswa sudah tidak optimal lagi untuk menyerap
pelajaran, karena energi mereka sudah berkurang. Selain itu pelaksanaan
disiplin yang kurang juga dapat menjadi penghambat dalam proses belajar
mengajar.
Selain
faktor-faktor di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga dapat menimbulkan
kesulitan belajar yaitu sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan
belajar)
Menurut Syah, (1999, 166)
Faktor-faktor
tersebut adalah:
-
Disleksia (dyslexia) yaitu ketidakmampuan belajar
membaca.
-
Disgrafia (dysgraphia) yaitu
ketidakmampuan belajar menulis.
-
Diskalkulia (discalculia), yaitu
ketidakmampuan belajar matematika.
3)
Faktor media masa dan lingkungan sosial
A.
Menurut Ahmadi (1991,87). Faktor media masa meliputi; bioskop, surat
kabar, majalah, radio, dan televisi. Hal-hal tersebut dapat menjadi penghambat
dalam belajar apabila terlalu banyak waktu yang digunakan untuk hal-hal
tersebut, hingga melupakan belajar.
B.
Lingkungan sosial, seperti teman bergaul,
tetangga dan aktivitas dalam masyarakat. Ketiga faktor tersebut sangat
berpengaruh terhadap proses belajar anak, misalnya anak terlalu banyak
berorganisasi, hal ini dapat menyebabkan belajar anak menjadi terbengkalai.
Riset
menunjukkan bahwa apa yang terjadi selama tahun-tahun awal kelahiran sampai
umur 4 tahun adalah masa-masa kritis yang penting terhadap pembelajaran ke
depannya. Stimulasi pada masa bayi dan kondisi budaya juga mempengaruhi belajar
anak. Pada masa awal kelahiran samapi usia 3 tahun misalnya, anak
mempelajari bahasa dengan cara mendengar lagu, berbicara kepadanya, atau
membacakannya cerita.
E.
Upaya Membantu Siswa yang Mengalami
Masalah Belajar
Siswa yang mengalami masalah belajar seperti yang diutarakan
perlu mendapatkan bantuan agar permasalahan yang dialaminya dapat terselesaikan dan tidak berlarut-larut yang nantinya dapat
mempengaruhi proses perkembangan siswa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut:
a)
Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang
diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapai kesulitan
belajar, dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan
hasil belajar mereka.
Pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus, karena bahan dan
metodenya serta pelaksanannya disesuaikan dengan jenis, sifat, dan latar
belakang kesulitan yang dihadapi siswa.
b)
Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang
diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam
belajar. Dilihat dari segi prestasi mereka bukanlah merupakan siswa yang
mengalami kesulitan belajar, tetapi dengan kecepatan belajar yang dimilikinya
dapat berdampak negative kepada diri anak itu sendiri, apabila merasa kurang
diperhatikan da kurang dihargai, mereka cenderung menjadi patah hati, dan tidak
bersemangat. Hubungannya dengan siswa yang lain, mereka mungkin menjadi siswa
yang mengganggu atau salah tingkah sehingga membuat mereka ini kesulitan dalam
belajar. Maka perlu diadakannya kegiatan pengayaan.
c)
Peningkatan Motivasi Belajar
Guru atau konselor dan staf lainnya berkewajiban membantu
siswa meningkatkan motovasi dalam belajar. Prosedur yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
(1) Memperjelas tujuan belajar. Siswa
akan lebih terdorong untuk belajar jika mengetahui tujuan belajar.
(2) Menyesuaikan pengajaran dengan
bakat, kemampuan dan minat siswa.
(3) Menciptakan suasana pembelajaran
yang menantang, merangsag dan menyenangkan.
(4) Memberikan hadiah dan hukuman bila
perlu.
(5) Menciptakan suasana hubungan yang
hangat dan dinamis antara guru dan murid serta murid dengan murid.
(6) Menghindari tekanan-tekanan dan
suasana yang tidak menentu
(7) Melengkapi sumber dan peralatan
belajar
d)
Pengembangan Sikap dan Kebiasaan belajar yang baik
Siswa yang hendak didorong untuk meninjau sikap dan
kebiasaannya dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip dibawah ini:
(1) Belajar dengan melibatkan diri
secara penuh, lebih dari sekedar membaca bahan yang tercetak dalam buku
(2) Peningkatan efisiensi belajar jika
ada rencana atau tujuan yang nyata
(3) Kata dan ungkapan dibaca dengan
penuh pengertian
(4) Belajar dengan suasana tidak
terpaksa
(5) Dalam melaksanakan kegiatan perlu
adanya suasana hati yang nyaman, kesehatan fisik yang baik, tidur yang teratur.
Sebagai Konselor, guru, ataupun staff sekolah dapat
membantunya dengan:
(1) Menemukan motif yang tepat dalam
belajar
(2) Memelihara kondisi kesehatan yang
baik
(3) Mengatur waktu belajar, baik dirumah
maupun disekolah
(4) Memilih tempat belajat yang baik
(5) Menggunakan sumber belajar yang kaya
(6) Membaca secara baik dan sesuai
dengan kebutuhan
(7) Tidak segan dalam bertanaya
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
Bimbingan belajar merupakan layanan
bantuan yang diberikan kepada seorang atau sekelompok siswa, yang mengalami
masalah belajar. Kesulitan belajar yang dialami siswa adalah aspek-aspek yang
membuat atau menyebabkan belajarnya mengalami tingkat yang rendah. Faktor yang
menyebabkannya dapat berupa factor internal dan factor eksternal. Upaya yang
dapat dilakukan adalah dapat diberikan pengajaran perbaikan, kegiatan
pengayaan, peningkatan motivasi belajar, pengembangan sikap dan kebiasaan
belajar yang efektif.
B.
Saran
Dalam karya ilmiah yang penulis buat
ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan yang semestinya
pada karya ilmiah ini sangat penulis harapkan dari semua pihak yang berkenan
memperhatikan isi dan penulisnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan
memiliki arti bagi dunia pendidikan dan khususnya dalam bidang bimbingan dan
konseling.
DAFTAR
PUSTAKA
Abin Syamsuddin, Psikologi
Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda
Karya,
2003.
Ahmadi Abu dan Joko Tri Prasetya. Strategi
Belajar Mengajar. Bandung :
Pustaka Setia, 2003.
Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan
dan Penyuluhan di Sekolah, CV. Ilmu
Bandung. 1975.
Prayitno dan Erman Anti,
Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta :
P2LPTK
Depdikbud,1995.
Prayitno, Panduan Bimbingan
dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat
Pendidikan
Dasar dan Menengah,2003.
Prayitno, Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah, CV. Ilmu Bandung,
1997
Winkel, W.S., Bimbingan dan Konseling di
Institusi Pendidikan, Jakarta :
Gramedia, 1991.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar